Follow Instagram saya

Sunday, 14 August 2016

Burung Hantu Tyto Alba Pengusir Hama Tikus di Desa Tlogoweru, Demak

       Desa Tlogoweru terletak di Kecamatan Guntur, Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah. Berjarak sekitar 20 km dari pusat Kabupaten Demak dan 25 km dari pusat Kota Semarang. Jumlah penduduk di desa Tlogoweru sekitar 3000 jiwa, serta memiliki luas wilayah sekitar 290 hektar dan 150 hektar wilayah persawahan yang menjadikan mayoritas mata pencaharian penduduk di Desa Tlogoweru adalah petani.
Peta Desa Tlogoweru (sumber : Google)

            Semua berawal ketika masyarakat selalu mengalami kerugian yang besar akibat tanaman padi dan jagung mereka selalu di serang oleh hama tikus. Kemudian ada ide untuk mengembangbiakkan burung hantu Tyto Alba. Tiga warga Desa Tlogoweru termasuk Bapak Soetedjo sebagai Kades Tlogoweru dan Bapak Pujo Arto yang sekarang menjabat ketua PPAH (Pusat Pengembangan Agensia Hayati) Desa Tlogoweru di kirim ke Desa Giriharjo Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi oleh LPKS (Lembaga Pelatihan Kerja Swasta) SEJAHTERA BERSAMA untuk mengikuti pelatihan dan pembelajaran pegembangbiakan burung hantu Tyto Alba.
@ahmadrizalq
Karantina Tyto Alba
            Proses pengembangbiakan dan karantina burung hantu Tyto Alba tidaklah mudah. Burung ini mudah stres apabila berinteraksi dengan manusia, sifat kanibalisme apabila induk sukar mendapatkan tikus, dan mudah terserang penyakit, apabila satu terkena penyakit dengan mudah akan menular ke yang lainnya. Burung Tyto Alba baru bisa di lepas dan mencari makan tikus sendiri ketika usianya sudah mencapai 4 bulan. “Pengembangbiakan Burung Hantu Tyto Alba harus di awasi secara serius dan berjenjang,” Ungkap Bapak Sukip yang bertugas among tamu atau Guide untuk orang – orang yang berkunjung ke Desa Tlogoweru.
@ahmadrizalq
Kandang Karantina Tyto Alba
          Sepasang Burung Tyto Alba yang berumur 4 bulan akan dibuatkan sangkar atau pagupon di setiap sudut persawahan yang biasanya terdapat banyak hama tikus. Sangkar atau pagupon bisa terbuat dari kayu maupun cor beton. Ukuran dari pagupon tersebut biasanya panjang 60 cm, lebar 40 cm, tinggi 50 cm, dan dibuatkan tiang dengan ketinggian 3,5 – 4 meter dari tanah. Selama 1 -2 minggu dimasukan kedalam kandang dan diberi makan secara teratur supaya apabila dilepas bisa kembali lagi ke sangkar atau pagupon tersebut.
Salah satu sangkar/pagupon ditengah persawahan
          Kabar Baik, pada tahun 2010 semua hasil kerja keras pengembangbiakan burung hantu Tyto Alba akhirnya berbuah manis. Dengan jumlah populasi burung hantu Tyto Alba sekitar 2000 ekor, serangan hama tikus berkurang drastis bahkan mencapai 0% dan masyarakat mendapatkan keuntungan yang melimpah dari panen padi dan jagung. Inovasi Daerah ini membuat Desa Tlogoweru dinobatkan sebagai Desa Wisata oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Demak.
        Sampai saat ini banyak wisatawan domestik maupun mancanegara yang datang untuk menikmati dan belajar cara mengembangbiakan burung hantu Tyto Alba. Untuk Indonesia, sudah banyak burung Tyto Alba hasil karantina di Desa Tlogoweru dikirim ke daerah – daerah seluruh indonesia dari Aceh hingga Papua. Bapak Soetedjo dan Bapak Pujo Arto juga sering di panggil sebagai pembicara didalam maupun luar negeri untuk berbagi ilmu cara sukses mengembangbiakan Burung Tyto Alba.
Bapak Soetedjo, Sosok penting di balik kesuksesan Desa Tlogoweru (foto : http://tlogoweru.blogspot.co.id/)
         Untuk melindungi populasi burung Tyto Alba di Desa Tlogoweru dibuatlah Peraturan Desa No. 4 Tahun 2011 Tentang BurungPredator Tikus (Tyto alba). Masyarakat dilarang untuk berburu / menembak, menangkap, mengambil telur, mengganggu dan memperjualbelikan Tyto Alba dan bagian-bagiannya. Apabila melanggar akan dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 ( lima ) tahun dan denda paling banyak Rp 100,000,000 ( seratus juta rupiah ). Sosialisasi sampai sekarang masih tetap di lakukan supaya masyarakat benar – benar paham pentingnya menjaga populasi dari Burung Hantu Tyto Alba.
Artikel ini diikutsertakan pada Kompetisi Menulis Blog Inovasi Daerahku - https://www.goodnewsfromindonesia.id/competition/inovasidaerahku

No comments:

Post a Comment