Desa
Tlogoweru terletak di Kecamatan Guntur, Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah. Berjarak
sekitar 20 km dari pusat Kabupaten Demak dan 25 km dari pusat Kota Semarang. Jumlah
penduduk di desa Tlogoweru sekitar 3000 jiwa, serta memiliki luas wilayah
sekitar 290 hektar dan 150 hektar wilayah persawahan yang menjadikan mayoritas
mata pencaharian penduduk di Desa Tlogoweru adalah petani.
![]() |
Peta Desa Tlogoweru (sumber : Google) |
Semua berawal ketika masyarakat
selalu mengalami kerugian yang besar akibat tanaman padi dan jagung mereka selalu
di serang oleh hama tikus. Kemudian ada ide untuk mengembangbiakkan burung
hantu Tyto Alba. Tiga warga Desa Tlogoweru termasuk Bapak Soetedjo sebagai
Kades Tlogoweru dan Bapak Pujo Arto yang sekarang menjabat ketua PPAH (Pusat
Pengembangan Agensia Hayati) Desa Tlogoweru di kirim ke Desa Giriharjo
Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi oleh LPKS (Lembaga Pelatihan Kerja Swasta) SEJAHTERA BERSAMA untuk mengikuti pelatihan dan
pembelajaran pegembangbiakan burung hantu Tyto Alba.
![]() |
Karantina Tyto Alba |
Proses pengembangbiakan dan
karantina burung hantu Tyto Alba tidaklah mudah. Burung ini mudah stres apabila
berinteraksi dengan manusia, sifat kanibalisme apabila induk sukar mendapatkan
tikus, dan mudah terserang penyakit, apabila satu terkena penyakit dengan mudah
akan menular ke yang lainnya. Burung Tyto Alba baru bisa di lepas dan mencari
makan tikus sendiri ketika usianya sudah mencapai 4 bulan. “Pengembangbiakan Burung
Hantu Tyto Alba harus di awasi secara serius dan berjenjang,” Ungkap Bapak
Sukip yang bertugas among tamu atau Guide untuk orang – orang yang berkunjung
ke Desa Tlogoweru.
![]() |
Kandang Karantina Tyto Alba |
Sepasang Burung Tyto Alba yang
berumur 4 bulan akan dibuatkan sangkar atau pagupon di setiap sudut persawahan yang
biasanya terdapat banyak hama tikus. Sangkar atau pagupon bisa terbuat dari
kayu maupun cor beton. Ukuran dari pagupon tersebut biasanya panjang 60 cm,
lebar 40 cm, tinggi 50 cm, dan dibuatkan tiang dengan ketinggian 3,5 – 4 meter
dari tanah. Selama 1 -2 minggu dimasukan kedalam kandang dan diberi makan
secara teratur supaya apabila dilepas bisa kembali lagi ke sangkar atau pagupon
tersebut.
![]() |
Salah satu sangkar/pagupon ditengah persawahan |
Kabar Baik, pada tahun 2010 semua hasil kerja keras pengembangbiakan burung hantu
Tyto Alba akhirnya berbuah manis. Dengan jumlah populasi burung hantu Tyto Alba
sekitar 2000 ekor, serangan hama tikus berkurang drastis bahkan mencapai 0% dan
masyarakat mendapatkan keuntungan yang melimpah dari panen padi dan jagung. Inovasi Daerah ini membuat Desa Tlogoweru dinobatkan sebagai Desa Wisata oleh Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Demak.
Sampai saat ini banyak wisatawan
domestik maupun mancanegara yang datang untuk menikmati dan belajar cara
mengembangbiakan burung hantu Tyto Alba. Untuk Indonesia, sudah banyak burung
Tyto Alba hasil karantina di Desa Tlogoweru dikirim ke daerah – daerah seluruh
indonesia dari Aceh hingga Papua. Bapak Soetedjo dan Bapak Pujo Arto juga
sering di panggil sebagai pembicara didalam maupun luar negeri untuk berbagi
ilmu cara sukses mengembangbiakan Burung Tyto Alba.
![]() |
Bapak Soetedjo, Sosok penting di balik kesuksesan Desa Tlogoweru (foto : http://tlogoweru.blogspot.co.id/) |
Untuk melindungi populasi burung
Tyto Alba di Desa Tlogoweru dibuatlah Peraturan Desa No. 4 Tahun 2011 Tentang BurungPredator Tikus (Tyto alba). Masyarakat dilarang untuk berburu / menembak,
menangkap, mengambil telur, mengganggu dan memperjualbelikan Tyto Alba dan
bagian-bagiannya. Apabila melanggar akan dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 ( lima ) tahun dan denda paling banyak Rp 100,000,000 ( seratus juta
rupiah ). Sosialisasi sampai sekarang masih tetap di lakukan supaya masyarakat
benar – benar paham pentingnya menjaga populasi dari Burung Hantu Tyto Alba.
Artikel ini diikutsertakan pada Kompetisi Menulis Blog Inovasi Daerahku - https://www.goodnewsfromindonesia.id/competition/inovasidaerahku
No comments:
Post a Comment